Kemaren siang dapet fax dari personalia kantor pusat yang menyatakan bahwa
Horeeeee....!
Udah kebayang kalo saya bakal bisa bangun siang. Saya bisa mandi pagi menjelang sore. Saya bisa santai selonjoran kaki sambil nonton dvd bajakan yang udah lama saya beli tapi belom sempet saya tonton.
Loh?
Emang gak ikut milih cagub dan cawagub?
Loh! Emang salahkah jika saya golput?
Emang dosa ya, jika saya tak ikut memilih?
Jika jawabanya iya, lalu apa hukuman bagi saya yang golput?
Apakah kemudian saya bakalan dikutuk hingga badan saya jadi kurus jika saya tak menggunakan hak pilih saya besok? Wah kalo itu saya mauuuu...!
Seperti biasa pro dan kontra pun terjadi.
Ada yang menentang sikap putih saya tersebut. Mereka bilang, pilihan saya bakal menentukan nasib kota jakarta dalam lima tahun ke depan.
Pada awalnya sih saya masih santai saat belum menemukan sosok yang mampu mewakili aspirasi saya. Tapi saya tetap optimis, mungkin seiring waktu hingga menjelang pemilihan nanti saya udah menetapkan pilihan yang kompeten dan layak menurut saya. Namun akhirnya saya tersadar bahwa saya belum menentukan pilihan sama sekali sementara pelaksanaannya udah tinggal besok.
Meski berbagai kampanye dari masing2 pasangan calon kerap saya lihat dan dengar diberbagai media, tapi entah mengapa tetap aja gak menarik antusias saya untuk menggunakan hak pilih. Dan kampanye yang digelar bagi saya sama aja kaya' ajang pamer dan obral janji semata.
Jadi, bukan tanpa alasan jika saya memilih golput dalam pemilihan gubernur kali ini. Bukan karena saya gak rela mengotori jari kelingking saya dengan tinta yang susah banget hilangnya itu. Bukan juga karena saya takut kulit saya hitam karena harus mengantri di lapangan di bawah terik sinar matahari menunggu nama saya dipanggil untuk mencoblos. Tapi alasan saya tidak ikut memilih adalaaaaahh....
Begini deh...
Kalo boleh saya analogikan seperti ini. Saat ini marak sekali tayangan sinetron di televisi. Dari yang bertema tentang percintaan remaja hingga yang bertemakan dendam dan keluarga. Dari sinetron yang berdurasi singkat macam ftv sampe sinetron berseri yang panjangnya bahkan melebihi kumpulan surat2 kartini. Namun dari beragamnya sinetron yang selalu menghiasi acara2 televisi tersebut, tak satu pun sinetron yang mampu memikat hati saya. Tak satu pun kisah yang membuat saya kemudian menanti2 di depan layar tv layaknya saya menantikan film unyil tiap minggu pagi saat saya masih kecil dulu. Tak satu pun! Sekali lagi, tak satu pun yang sanggup membuat saya betah mentengin acara tersebut hingga selesai lalu menyisakan rasa penasaran di hati saya begitu sinetron tersebut usai.
Jadi jangan salahkan saya jika pada akhirnya saya enggan menonton sinetron. Selain ceritanya, juga akting para aktor dan aktris saat memerankan tokoh dalam cerita yang terkesan terlalu berlebihan sering kali tak berhasil membuat saya mau menontonnya.
Jadi, kalo saya tak mau menggunakan hak pilih saya, salahkan saja... ah, tak perlu menyalahkan siapa2, mending saya berdo'a semoga lain waktu pilihan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur mampu membuat saya yakin untuk kembali memilih. :)