Bagi para pembaca yang bertanya2 kemana gue selama beberapa hari ini, sini, sini gue bilangin. Hal itu disebabkan karena ada beberapa tugas yang memang harus gue kerjain mendesak dan harus dikumpulin tepat waktu. Dan sekarang, alhamdulillah rampung juga kerjaan yang menyita waktu gue beberapa hari terakhir itu.
Yah, seperti lo juga tau, adalah gue yang selalu mengisi hari2 kerja dengan ngeblog sepanjang waktu dan mengerjakan kewajiban kantor sebagai selingan semata, tiba2 mendapat kerjaan yang begitu banyak dan mendadak, udah pasti rasanya kaya' kiamat kecil.
Tapi yang kampretnya nih, pas bener gue baru merampungkan laporan gue tersebut yang berisi sepuluh sheets dengan angka2 di dalamnya, eh tau2 mendadak sebuah email susulan masuk, berisi satu file tentang format tambahan yang terdiri dari lima sheets. Cakep beneeeerr...! Pupuslah sudah keinginan gue untuk bisa bersua secepatnya dengan blog.
Tapi makin kesini, makin mendekati deadline akhirnya kerjaan gue kelar juga. Ah, sudahlah... gue yakin kalian yang baca gerutuan gue ini juga udah pada bosen dan diam2 berkata dalam hati, "lah, bukannya itu emang udah tugasnya elo, Vo? lagian kalo gak kepengen dikasih tugas yang bejibun, yah lo gak usah kerja! diem aja di rumah. Lo itu yah, gak bersyukur banget punya kerjaan!!". Gitu kan?
Yah, mungkin guenya aja kali yang emang gak terbiasa sama tradisi unik kantor gue yang selalu minta laporan secara medadak tiap kali menjelang meeting. Tapi dari semua kejadian ini akhirnya gue bisa menyimpulkan bahwa tak ada yang lebih jahat dari pada diperkosa deadline!.
Udah ah ngomongin tentang kerjaannya, sekarang gue pengen cerita tentaaang.... tentang apa yah? **gini nih, kalo niat nulisnya kuat tapi sebenernya gak punya bahan yang pengen ditulis**
Cerita tentang film yang baru gue tonton hari minggu kemaren aja deh....
Ceritanya udah sejak hari jum'at yang lalu suami ribut ngajakin nonton, dia ngebet banget pengen Die Hard 5 yang udah mulai tayang di bioskop. Tapi karena beberapa hari kemarin gue harus lembur untuk ngerjain kerjaan yang gue ceritain di atas, maka keinginan buat nonton tertunda terus. Nah hari minggu kemaren akhirnya kami baru punya kesempatan buat nonton.
Begitu nyampe di XXI dan ketika kami berdua ngantri tiket buat nonton Die Hard 5, tiba2 mata gue menangkap judul film yang lebih menarik.
"Hah, Hansel and Gretel udah maen!" gue berteriak seraya menunjuk monitor tivi yang terpampang di belakang si mbak penjual tiket di depan kami.
"Gak ah, udah lama saya pengen nonton Bruce Willis" kata suami yang suka banget sama akting2nya bintang film pujaannya itu.
"Halaaahh... gak seruu, pap! Bruce Willisnya udah tua" gue mencela bintang pujaannya.
"Aaah... pokoknya saya mau nonton Bruce Willis!" ujarnya gak terima "kamu nonton aja Hansel dan Gretel, saya Die Hard" katanya lagi memberi pilihan.
Gue pun mengiyakan. "Mbak, satu tiket Hansel dan Gretel disini!" sembari mengarahkan telunjuk gue pada layar monitor yang banyak berisi kotak2 kecil yang menggambarkan letak duduk dalam teater.
Setelah gue megang tiketnya dan hendak beranjak menuju teater 6, tiba2...
"Bun, tiket aku gimana?" tanya suami.
"Nonton sendiri2, BAYAR SENDIRI!" lantas gue melenggang menuju teater 6 yang dalam waktu 5 menit lagi bakal diputar.
Beberapa langkah saat menjauh dari suami, sayup2 gue masih denger dia ngomong "dasar pelit!" yang kemudian gue bales dengan menoleh ke arahnya lantas menjulurkan lidah sambil ngejereng2in mata.
Jangan heran, kejadian begini gak terjadi sekali dua kali, kami memang sering 'bercerai' saat nonton di bioskop. Seperti beberapa minggu yang lalu ketika gue memilih buat nonton Habibie dan Ainun, sementara suami lebih milih nonton film... ah, gue lupa judulnya apa, yang pasti film actionlah.
Ah, sudahlah... mari kita tinggalkan suami saya yang lebih milih Bruce Willis ketimbang saya istrinya. Mari kita bicarakan tentang film yang gue tonton.
Sesampai di dalam teater, ternyata gue hanya satu2nya penonton yang duduk dilajur yang gue duduki, jalur F. Padahal lajur tersebut biasanya merupakan tempat favorit karena posisinya benar2 ideal di tengah2 dan gak bikin leher pegel karena harus terus menerus menoleh ke kiri atau ke kanan dan tidak juga harus mendongak selama pertunjukan. Wuiiihh.... gue jadi berasa kaya' nonton di bioskop pribadi! Sementara penonton yang lain duduk berpencar kaya' lagi musuhan. Sebagian penonton, khususnya yang para muda mudi berpasangan lebih memilih mengambil tempat duduk di pojok atas. Entah apa maksudnya.
Hal ini berbeda ketika gue nonton film Ainun Habibie beberapa waktu yang lalu, yang seluruh kursi penuh terisi penonton hingga barisan terdepan yang kemudian gue tebak pasti usai pertunjukan, mereka yang duduk di barisan depan, pulang2 pasti langsung minta dipijitin lehernya karena keram.
Sepinya penonton film Hansel dan Gretel ini membuat gue mengambil kesimpulan sendiri, mungkin banyak yang menginterpretasikan **ciee... bahasa gue! sengaja gue pake kata itu biar keliatan keren :)** film ini layaknya sebuah dongeng karya Grimm bersaudara yang selama ini mereka kenal ketika didongengkan ayah dan ibu saat masih kanak.
Gak, gak salah juga sih... memang film ini diangkat dari kisah itu. Sang kakak beradik, Hansel dan Gretel yang dibuang oleh orang tuanya ke tengah hutan hingga akhirnya mereka menemukan sebuah rumah yang terbuat dari permen dan kembang gula saat mereka berusaha mencari jalan pulang.
Tapi film ini memang dibuka dengan intro seperti itu. Selanjutnya, diceritakan bahwa Hansel dan Gretel kemudian telah dewasa dan berprofesi sebagai witch hunters berbekal pengalaman mereka berdua yang pernah membunuh sang penyihir pemilik rumah permen yang menangkap mereka saat kecil dahulu. Kekompakan Hansel dan Gretel dalam memburu penyihir membuat mereka sangat terkenal sebagai witch hunters.
Kisah dimulai ketika dua bersaudara ini dimita untuk memburu penyihir yang meresahkan warga di sebuah desa karena telah menculik banyak anak kecil yang akan digunakan oleh para penyihir sebagi tumbal demi menambah kekuatan sihir mereka pada saat perayaan blood moon yang akan berlangsung beberapa hari lagi. Perburuan hansel dan Gretel akhirnya menuntun mereka pada sebuah kenyataan tentang alasan mengapa orang tuanya membuang mereka ke tengah hutan ketika mereka kecil dahulu.
Begitu membekasnya kenangan buruk saat disandera penyihir ketika mereka masih kecil, membuat Hansel dan Gretel selalu memberi petuah pada setiap orang agar tak jatuh dalam perangkap penyihir.
"jangan pernah memakan kembang gula dari rumah permen yang kalian temui"
Jujur, film ini cukup menghibur. Tapi, perlu diingat, berbeda dengan dongeng Hansel dan Gretel yang pernah gue baca di buku2 dongeng, jelas film ini bukan untuk ditujukan buat mereka yang dibawah umur. Jadi nontonlah dengan pasang anda. Atau, anda bisa menontonnya sendirian dan pilih tempat duduk di 9F. Barangkali seseorang manis yang duduk di sebelah kiri anda berbaik hati lalu menawarkan beberapa butir permen yang bisa menemani anda sepanjang menyaksikan film. :)
3 komentar:
kog gak ada ciumannyaaa sehhhhhh....:D
emang yah, film kalo gak ada ciumannya rasanya kurang seruuuu!! :D
HUAHAHAHAHAH betolllllll....
Posting Komentar