Pages

Selasa, 13 April 2010

Maafkan Bunda ya, Del…



Saya lupa penyebabnya, tapi sore itu saya begitu marah pada Adel. Usia Adel masih 3 tahun. Usia sedang nakal-nakalnya. Sebelumnya saya sudah pernah menegur Adel untuk tidak melakukan hal yang membahayakan dirinya, tapi Adel terus mengulangnya. Jika sudah demikian, bukan hanya omelan lagi yang saya lakukan pada Adel. Cubitan dan pukulan akhirnya mendarat di kaki gadis kecil itu.

Dan sore ini, usia Adel sudah 11 tahun. Saat kami sedang berbaring di tempat tidur saling berbagi dan bertukar cerita tentang keseharian kami masing-masing satu hari ini, tiba-tiba saya diingatkan kembali ke masa usia Adel 3 tahun. Sungguh kuat ingatan itu melintas dipikiran saya, sampai-sampai saya berpikir, apakah Adel pernah terlintas pikiran yang sama ketika dirinya dulu pernah dicubit dan dipukul oleh saya. Saya sungguh ngeri memikirkan jika ternyata kejadian itu terekam baik di benak Adel.


Oleh karenanya, sore itu saya bertanya pada Adel. Apakah Adel ingat pernah saya cubit dan saya pukul kakinya saat saya marah ketika dia masih kecil dulu. Saya juga tanya, apakah Adel merasa sakit hati ketika saya melakukan hal itu padanya dulu.

Yang menakjubkan adalah jawaban-jawaban Adel akan itu semua.

“Nggak, kok Bunda. Aku nggk ingat. Aku juga nggak sakit hati.”

Saya masih penasaran. Saya ulang lagi pertanyaan saya dengan hati-hati dan sejelas mungkin. Namun jawaban yang keluar dari mulut gadis kecil itu tetap sama. Menjawab dengan santai, seakan-akan tidak ada kekecewaan sama sekali.

Duh, Adel… Saya menatap kedua matanya, terharu dengan kelugasan dan ketulusan hatinya. Sungguh tidak sepadan apa yang telah saya lakukan dulu pada Adel dengan segala pengertian yang telah Adel berikan pada saya saat ini. Saya hanya diam. Menangis dalam hati. Tapi dalam benak saya, saya sungguh menyesal dan berjanji tak akan melakukan hal seperti itu lagi.



Cileduk, 11 April 2010
Web Statistics