Pages

Selasa, 17 September 2013

pilihan sesuai hati

aku punya rahasia..

mau aku bagi?


Suatu siang, jauh sebelum cerita ini saya tuliskan, mendadak seorang teman lelaki yang sudah lama saya kenal, mengirimkan pesan lewat bbm. Pesan yang seolah berisi ajakan ngerumpi itu jelas2 bikin saya menaikkan sebelah alis mata. Bukan apa-apa, selain saya emang lagi malas buat diajak ngomongin orang, saat itu juga sebenarnya saya sedang menanti teman chat yang sejak seharian saya tunggu tapi gak muncul-muncul. Disamping itu, saya ngerasa gak yakin aja jika tiba-tiba ada seseorang yang ingin berbagi rahasia dengan saya. Padahal baru saja dua hari sebelumnya saya sesumbar pada seorang teman jika selama ini saya paling jago dengerin curhatan orang bahkan sampe punya sertifikat curhat segala saking mumpuninya. Dan sekarang terbukti! See? I told you. :D

mau! apa?


Pesan yang rupanya masuk pada saat saya rehat makan siang dan sholat dzuhur itu, kemudian saya balas juga. Jujur, karena penasaran! Cerita apaan sih yang dia mau bagi ke saya? Kok kaya'nya penting banget. Biarin deh kalo kali ini saya mendadak jadi kaya' ibu-ibu komplek yang rajin ngerebungin gerobak tukang sayur yang lewat pagi-pagi sambil ngegossipin orang.


Begitu selesai membaca pengakuan dia barusan, saya tercekat. Saya mendadak sunyi. Tampang saya seketika melongo, lempeng menatap layar ponsel.


Saya bener-bener speechless untuk waktu yang lama. Terus terang, saya sendiri bingung mau ngomong apa ke dia. Apa iya, saya harus memberi selamat seperti yang kerap saya ucapkan pada teman yang baru saja dikaruniai seorang bayi lucu, misalnya.

"Eh, selamat yaaa... semoga kamu menjadi manusia yang sholeh, beriman, taqwa, menjadi perisai agama dan menjadi imam bagi keluarga".


Atauuuu.... justru telunjuk saya harus menuding ke arah dia karena telah murtad sejak awal? Lantas menasehati dan mengguruinya macam-macam seolah secara simsalabim, saya ini adalah seorang muslimah sholehah yang paling ideal?


Jelas gak begitu. Bagaimana pun juga, sebagai seorang teman rasanya saya kok harus berkomentar atas langkah besar kehidupan yang dia ambil, iya kan?


Subhanallaaaahh.... Maha suci Engkau ya, Allah.. 


Ya, cuma itu yang mampu saya ucapkan berkali-kali dalam hati dan kemudian saya tuliskan dalam balasan pesan saya kepada dia.


Selanjutnya saya juga menulis;



Lantas pesan demi pesan dari dia masuk ke ponsel saya silih berganti.




Membaca pengakuan dia yang bilang jika dia masih bimbang dan bingung atas keputusan ini, membuat saya yakin banget, jika saat ini dia pasti sedang dilanda kegamangan yang besar tentang arah dan pegangan hidup yang harus dia ambil.



Jujur, saya gak paham [dan menghargai privacy dia untuk tidak menanyakan hal tersebut lebih lanjut] apa yang melatari teman saya itu berpindah keyakinan belasan tahun yang lalu, dan alasan apa pula yang membuat dia kemudian ragu dan ingin kembali pada keyakinan yang dulu pernah dia ikrarkan pertama kali saat dalam rahim ibunya.




Namun begitu, sebagai seorang teman pastilah saya senang jika pada akhirnya dia menyatakan ingin kembali pada keyakinan yang dahulu pernah dia tinggalkan. Keyakinan yang Rahmatan lil alamin
Sebagaimana firman Allah dalam QS Al-Baqarah 256.

Tidak ada paksaan untuk (memeluk) agama (Islam). Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dengan jalan yang salah. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang teguh kepada buhul tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.



Satu hal, tak ada satu pun manusia di bumi ini yang suka digurui. Sekali lagi, gak ada! Apa lagi dalam kasus ini, karena secara usia, saya jauh lebih muda dari dia. Lagi pula saat ini saya pun gak mau merecoki pikiran dia dalam mengambil keputusan terbesar tentang keimanan dia tersebut. 


Saya ingin teman saya itu bisa memilih benar-benar dari dasar hatinya, dari dalam sanubarinya tanpa ada campur tangan orang lain, termasuk saya. Sebab pilihan yang dia ambil akan menentukan kehidupan dia untuk seterusnya. Sementara saya? saya cuma orang luar yang paling-paling hanya bisa memberi saran dan pandangan. 


Pilihan dia sendirilah yang harus paling menentukan. Saya gak kepengen dia ngerasa gak nyaman atas pilihan yang disebabkan adanya campur tangan pendapat orang lain. Saya juga gak mau, kelak ada alasan yang dapat dia tuding sebagai penyebab ketika suatu saat dia merasa kecewa dengan pilihan agama yang dia anut.


Saya meyakini jika masing-masing jiwa punya proses yang berbeda-beda. Tapi jelas, saya pun tak ingin jika dia kembali pada akidah islam hanya untuk coba-coba semata. Hanya karena dia merasa kecewa pada keyakinan yang sebelumnya pernah dia anut lalu menyatakan jika dirinya bersyahadat, lantas kembali lagi pada agama sebelumnya setelah dia rasa kewajiban-kewajiban seorang muslimin yang harus dia jalani menurutnya sangat membebani hidupnya.

Oh come on, ini bukan seperti pilih memilih perusahaan asuransi! Membandingkan mana yang lebih unggul satu sama lain. Agama mana yang lebih menjanjikan dan menguntungkan bagi kehidupannya di dunia, bukan! Ini kontrak suci antara manusia dengan penciptaNya.

Coba deh telaah lagi QS Al-Nisa 137.

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, kemudian kafir, kemudian beriman (lagi), kemudian kafir lagi, kemudian bertambah kekafirannya, maka sekali-kali Allah tidak akan memberi ampunan kepada mereka, dan tidak (pula) menunjukkan mereka kepada jalan yang lurus. 



Oleh karenanya, saya ingin dia benar-benar paham bahwa dengan mengucap syahadat, otomatis melekatlah kewajiban-kewajibannya sebagai seorang muslim. Dengan mengucap syahadat berarti itu merupakan ikrar yang harus dia pikul dalam perjalanan hidupnya dan harus dia peluk terus hingga ujung hayatnya untuk dia pertanggungjawabkan kelak dihadapan Tuhan.



Akan tetapi, terlepas apapun keyakinan yang kelak dia pilih, saya gak akan menyalahkan atau pun menghakimi dia. Bagi saya yang penting dia tetap beragama. 



Hmm... kok tiba-tiba saya jadi ingat dengan buku 99 Cahaya di Langit Eropa karangan Hanum Salsabila Rais yang pernah saya baca ya. Dimana dalam buku itu ada percakapan antara Hanum dengan... dengaaann... eemm....entah Fatma atau Marion. [Maaf saya lupa! sudah berusaha saya cari penggalan percakapan tersebut di buku setebal 412 halaman tapi belum juga nemu. Janji deh, kalo nanti ketemu bakal saya tulis disini]. 


Kurang lebih begini percakapannya,

"Hanum, kau tau apa yang dianut sebagian besar masyarakat Eropa saat ini?" tanya Marion.

Seperti saya, Hanum juga punya jawaban yang sama. Dan saya rasa hampir sebagian besar orang yang diajukan dengan pertanyaan ini pasti akan menjawab dengan jawaban yang sama.

Tapi Marion menggeleng ketika Hanum menjawab "Katolik".

Dan sungguh-sungguh mengejutkan ketika Marion menjawab rasa penasaran Hanum dan juga saya yang saat itu membacanya.

"Mereka lebih memilih atheis".


Itu.



Penggalan percakapan itulah yang membuat saya berharap agar teman saya tersebut tetap beragama. Tak peduli apapun agama yang dia pilih, asal dia serius dengan pilihannya dan mempertanggungjawabkannya kelak dihadapan Tuhan.




Saya gak ngerti apa kata-kata saya itu berarti apa gak bagi dia. Kalo pun tidak, **damn! padahal untuk bikin kata-kata begitu, gue harus mikir lamaaa sekali** yaaahh, paling gak saya sudah mengapresiasi dia karena dia berani jujur tentang langkah besar yang dia ambil dalam kehidupannya pada saya. 



Akhir kata, harapan saya sih simpel aja, kelak dia bisa menjadi muslim yang mau melaksanakan kewajiban-kewajibannya sebagai seorang muslim. Itu kalo dia memilih islam sebagai keyakinan dia. Begitu juga harapan saya, dia akan sungguh-sungguh bisa menjadi nasrani yang taat ketika dia memilih tetap pada keyakinan yang dia anut saat ini.



Dan saya yakin seyakin-yakinnya, tak hanya dalam keyakinan yang saya anut, semua agama sama! gak ada yang sudi dan rela jika dipeluk-peluk hanya untuk dipermainkan saja. **lipat kertas, masukkan saku lalu turun dari podium**


2 komentar:

It's My Life mengatakan...

tambah kagumm aku sama dirimu vo....

FFErlangga mengatakan...

waaks...?! jangan bikin gue mendadak terbang ke langit gitu dong, lis... gue juga masih banyak belajar kok.

gimana, gak terlalu berat kan tema gue buat postingan pertama setelah sekian lama jeda? :P

Web Statistics