Pages

Sabtu, 20 Februari 2010

Jika saatnya

Apakah ini saatnya untuk membunuh perasaanku.
Melepaskan segala rindu yang mengendap menjadi debu berterbangan,
bersatu bersama langit yang membentang.
Apakah aku mampu? Sementara perasaan ini telah menjelma prasasti yang membatu.
Hidup disegala adaku.
Dalam diam, jarak, bahkan luka sekalipun.

Betapa susah memahami arti diri. Betapa sulit menyelami maunya hati.
Jalan membentang bertabur kasih yang kugelar, tak juga membuatmu bergeming.
Segala adaku telah kubuka untukmu tanpa tirai sehelai pun.

Jika memang akhirnya aku harus membunuh perasaan ini,
izinkan aku untuk tetap mengenangmu.
Tidak juga karena apa, cinta sejati tak bisa dibunuh pun bunuh diri.
Dia akan tetap mengalir di setiap alunan nada kasih yang menggema di jagad maya.
Izinkan aku tetap mencintaimu, walaupun hanya dalam diam, dalam senyap.
Hingga suratan takdir membuka rahasia kalamnya.
Mungkin dengan cara seperti itu, aku tetap bisa mencintaimu.
Walau mungkin, tak pernah nyata juga akhirnya.

Ada jera menderu dalam kalap cintaku. Merobek janji hati yang memahat batu.
Kobar rindu yang pernah memanaskan tungku di ujung penantian ini, pernah perlahan meleleh dalam ego yang mulai runtuh.
Hanya bisa berdesis panjang menyebut namamu, tetapi tersia-sia.
Luruh bersatu dengan tanah.
Haruskah jera ini menguntit di sendiriku yang makin mematikan?
Dalam cengkraman rindu mendendam. Sekarat di batas mimpi semu.

Kuambil dari karya Moammar Emka
Web Statistics