Pages

Minggu, 11 Juli 2010

Surat Rindu untuk Ananda




Kepada
Ananda tercinta,
Alifa Nadella Ayudhitta

Malam ini adalah malam ketiga setelah kepergianmu meninggalkan kami untuk menuntut ilmu di pesantren. Suasana rumah terasa sepi tanpa kehadiranmu.

Aliya adikmu, tak henti-hentinya menangis karena kehilanganmu. Bunda bisa merasakan bagaimana pilunya perasaan adikmu saat ini, karena sesungguhnya Bundapun merasakan hal yang sama. Pap berkali-kali mengingatkan Bunda ketika dilihatnya Bunda termenung dengan mata yang berkaca-kaca.

Sungguh berat sekali berpisah denganmu, sayang. Tidak ada hotel berbintang yang bisa menggantikan perasaan nyaman saat tidur disisimu dan adikmu. Tapi Bunda harus kuat. Bunda harus mengalahkan perasaan rindu karena kamu pergi untuk menuntut ilmu.


Bunda selalu ingin disisimu, Nak… bisa menjagamu. Melalui semua yang kamu lalui, dan tidak kehilangan momen apa pun, meski yang terakhir agak susah sejak kamu masuk sekolah. Bunda semakin merasa kehilangan ketika kamu mulai masuk pesantren sekarang. Itu artinya kamu akan memiliki teman-teman, sayang. Punya orang lain untuk berbagi cerita. Bagi Bunda itu cukup menyedihkan, sebab Bunda tak lagi menjadi satu-satunya teman ‘curhat’mu. Tapi hal itu tak bisa dicegah, kamu dan adikmu akan besar, memiliki banyak teman dan dunia sendiri.

Namun semoga perasaanmu terhadap Pap dan Bunda, tidak akan pernah terkalahkan, oleh seseorang yang belum lama hadir di hidupmu. Bunda berharap tidak ada rahasia yang terlalu besar untuk kamu ceritakan kepada Bunda, sayang. Tidak ada ketakutan yang mencegahmu untuk bersikap terbuka terhadap Bunda. Seperti juga Bunda berharap kamu selamanya tahu tidak ada cinta yang lebih besar dari cinta yang dimiliki Pap dan Bunda untukmu.

Sayang,
Bunda sadar, Pap dan Bunda tidak sempurna.
Maafkan Bunda untuk semua hal yang menurutmu telah melukai. Maafkan Bunda jika banyak ketidaksempurnaan dalam upaya Bunda menunjukan cinta kepadamu. Maafkan Bunda jika terkadang Bunda terkesan tidak perhatian atau terlalu mencerewetimu. Bunda hanya takut, sayang… takut usia Bunda tak cukup panjang untuk menemanimu. Bunda tak tahu berapa umur yang diberikanNya untuk Bunda. Tapi Bunda berharap semoga itu cukup bagi Bunda untuk membimbingmu menjadi muslimah dewasa yang salehah, cerdas, yang peduli dan berbuat untuk umat. Juga membimbing adikmu.

Anakku,
Bunda ingin kau tabah dalam menghadapi segenap ujianNya. Berdo’alah senantiasa. Juga untuk Pap dan Bunda, meski ketika kami sudah tak ada lagi disisimu. Semoga Allah memberikan pendamping yang menuntunmu ke surga-Nya. Juga, semoga Allah memberikan kebaikan yang sama untuk adikmu.

Do’a terakhir Bunda,
Semoga Allah mengumpulkan kita semua, Cinta…
Suatu hari nanti,
Di surga-Nya.

Salam Sayang,
Bunda


















Web Statistics