Pages

Selasa, 11 Desember 2012

dan perempuan itu pun berpulang...

"sebenarnya saya belum mau menuliskan apa2 tentangmu disini. 
belum. 
saya belum mau karena saya belum sanggup. 
mungkin nanti. atau, barangkali saya tidak akan menuliskan apa2 tentangmu disini meski hanya dalam sebaris kalimat. 
sekali lagi, itu karena saya benar2 tidak bisa. 
dan sungguh2 tak sanggup"



Tapi, semua kenangan bersamamu yang rekat di kepala saya ini tak pernah mau diam. Kenangan itu seakan bercerita terus dalam pikiran saya. Berceloteh tak pernah lelah. Hingga saya letih. Letih kekurangan pejam sebab mendengarkan kenangan bercerita tentangmu. 
Tentang masa kecil kita.


Semalam, kenangan mengingatkan saya tentang suatu hari jauh sebelum saat ini dimana saya protes keras pada mama ketika ternyata lagi2 mama membelikan kita berdua baju dengan model dan motif yang sama menjelang lebaran.

"Saya tidak mau pakai baju yang sama lagi, Ma..." rengek saya pada mama. 


Mama saya, yang sejak saya balita sudah senang menjahitkan sendiri dua potong baju dengan bahan yang sama untuk kedua anak perempuannya, saat itu cuma tertawa. 

"Biar kelihatan kalian adalah kakak beradik" begitu katanya dengan senyum yang meneduhkan.

Lalu saya hanya bisa merajuk masuk kamar dan tak keluar2.


Saya sadar, seharusnya rengekan itu lebih pantas untukmu yang saat itu memang menjelang remaja. Bukan saya. Yang secara umur baru menghirup dunia selama sepuluh tahun. Tapi waktu itu kamu tak merasa keberatan memakai baju yang sama dengan saya. 

Namun saya, cemberut tak suka dan berusaha berdiri jauh2 darimu saat lebaran tiba.



Lalu tadi malam kenangan mengajak saya mengunjungi hari itu dimana kamu mengutarakan akan pergi dan menetap di pulau Nias mengikuti suamimu. Hari terakhir kamu bermalam di rumah saya, jauh sebelum sebulan kemudian kamu benar2 pergi meninggalkan saya.

Hari itu, sebenarnya saya tak kuat untuk menahan tangis dihadapanmu karena menyadari bahwa kamu benar2 akan pergi meninggalkan saya. Sungguh, mendadak saya tiba2 rindu mengenakan pakaian dengan model dan motif yang sama hari itu. :')

Sebelum kamu pamit pulang, kamu berjanji akan membawakan sebatang pokok kamboja jepang. Pohon yang kamu minta dari seorang tetangga lalu kamu rawat dengan telaten di halaman rumah kontrakan kalian di Bogor. Katamu, kamboja jepang itu kini mulai berbunga. Karena terlampau sayang, maka kamu ingin agar saya bisa merawatnya.

"Nah! rasanya pohon kamboja itu cocok di tanam di pojok sini" begitu katamu menunjuk sepetak lahan sempit di sisi kiri rumah mungil saya dimana dulu sebatang pohon cemara dari tiga pohon cemara yang saya tanam dua tahun yang lalu tumbuh lalu mati.


"Ya, bawa aja. Nanti saya tanam" sahut saya saat itu ogah2an.


Namun ketika tiba waktu dimana kamu harus pergi bertolak ke Nias dan datang membawakan sebatang pokok kamboja yang kamu janjikan, justru saya saat itu sedang berada jauh di sebuah desa di kaki gunung Merapi sana. Bermil2 jauhnya dari kamu dan saudara2 lain yang mengadakan acara kecil untuk melepas kepindahanmu.

Kamboja untuk saya? Tentu saja tak lupa kamu bawa. Namun kemudian tergeletak begitu saja di pojok halaman rumah Ayah. Mungkin harapanmu, saya bakal mengambil kemudian menanamnya sepulang saya dari berlibur waktu itu. 

Tapi nyatanya pokok kamboja itu merangas lalu mati karena saya tak kunjung datang untuk mengambilnya.

Terasa ada sesal. 
Ah, andai saya tau itu ketemuan kita yang terakhir.... Mungkin pohon kamboja pemberianmu saat itu kini telah berkali2 berkembang.



Kabar diabetesmu kambuh, buat saya disini khawatir. Semakin cemas ketika kamu juga dikabarkan menderita hepatitis. Dua penyakit kontra yang kamu idap semakin membuat daya tahan tubuhmu melemah. Melihat kondisimu yang seperti itu lalu saya menelepon suamimu dan dengan kesal bilang begini padanya; 

"Saya kasih waktu Abang hingga Desember, jika tidak ada perubahan, saya akan datang ke Nias dan bawa kakak saya pulang!".

Hingga kemudian di suatu pagi beberapa hari kemarin, tepatnya pada tanggal 5 bulan Desember 2012 lalu, tiba2 saya mendapat kabar tentang kepergianmu. 

Ada lenggang yang panjang di telepon sesaat saya menerima kabar itu. 
Mata dan hati saya menangis.


Ah, bahkan saya belum sempat mengajakmu pulang ke Jakarta sesuai yang saya janjikan. Demikian hati saya berbisik berkali2. Atau, sesungguhnya itu firasat? Pertanda bahwa akhirnya saya menginjakan kaki juga di Nias pada bulan Desember, meski bukan untuk membawamu pulang? 
Entahlah.

Kepindahanmu ke pulau kecil itu pun belum lagi genap setahun. Ulang tahummu pun tinggal hitungan hari lagi.

Tapi saya mencoba mengerti, jika sesungguhnya kamu sudah lelah menanggung sakit yang kamu derita selama ini. Mungkin ini jalan Tuhan yang digariskanNya untukmu.

Saya menghargai keputusan terbesar dalam hidupmu yang kamu pilih. Meski dengan begitu, saya tak hanya sekedar kehilanganmu. Tapi benar2 'kehilangan'.

Tapi sudahlah, semoga Tuhan memberi tempat yang layak untukmu. 

Istirahatlah~ 



Note : saya tulis ini untuk mengenangmu di hari yang seharusnya adalah hari ulang tahunmu--

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT


0 komentar:

Web Statistics