Pages

Rabu, 06 Maret 2013

jatuh hati pada nabawi

Semakin dekat dengan hari keberangkatan, semakin saya gak bisa tidur. Entah karena terlalu excited atau karena banyak kekhawatiran yang memenuhi benak saya. Kekhawatiran takut akan melupakan barang2 kecil yang sekirannya nanti bakal saya perlukan setiba saya nanti di tempat tujuan. Dan gak cuma itu, semakin dekat waktunya, semakin banyak juga yang harus saya lakukan. Mulai dari menjemput Adel dan Aya dari sekolah dan minta izin ke bagian pengasuhan dan pengajaran sampe harus menghadiri pernikahan seorang teman yang jauh2 hari udah ngancem kalo saya gak hadir dia bakal batal kawin. Hehe... Tapi akhirnya semuanya selesai juga tepat waktu. Koper2 sudah siap. Insya Allah gak ada satu pun barang yang lupa. **kalo lupa juga, kebangetan banget! soalnya persiapannya udah saya prepare sejak bulan november!** Anak2 juga sudah dapat izin untuk tidak masuk selama dua minggu. Dan akad nikah teman saya, alhamdulillah bisa saya hadiri meski untuk itu saya harus menempuh perjalanan dari barat jakarta menuju belahan timur jakarta yang makan waktu 3 jam! Fuuiihhh....

Sehari sebelum hari keberangkatan tiba, seperti orang2 lain yang akan berangkat umroh atau pun berhaji, saya juga melaksanakan tradisi tersebut yaitu meminta maaf. Dengan harapan kepergian saya ke tanah suci tidak diiringi dengan dendam dan sakit hati. Berangkat dengan hati bersih. Serta saya juga mohon dido'akan oleh saudara dan teman2, semata agar langkah saya bersama keluarga kecil saya menuju baitullah diberi kemudahan sejak dari mulai berangkat, selama prosesnya hingga tiba kembali ke tanah air.


Beragam tanggapan saya terima. Dan rata2 mereka yang saya pamiti langsung terlihat gembira ketika saya pamiti. Meski gak sedikit juga yang lantas menatap saya heran dan gak percaya ketika saya mengutarakan niatan saya tersebut.

"Hah! si Ivo? Ivo yang itu? mau umroh? kok bisa?!" demikian saya menduga perbincangan orang2 dibelakang punggung saya yang alis matanya seketika bertaut ketika saya pamiti tadi. Ah, tentu aja bisa! Sedikit aneh memang. Apalagi ketika saya bilang bahwa saya akan berangkat umroh bersama suami serta kedua putri saya. Tapi toh kenyataannya saya berangkat juga, meski awalnya saya juga merasa sangat mustahil bisa berangkat umroh.

Namun begitu, diam2 saya sebenarnya terharu. Terharu menyadari diri saya yang bahkan sholat lima waktunya aja masih sering bolong2. Yang bacaan qur'annya udah sekian tahun gak khatam2. Menutup auratnya masih belum secara kaffah (sempurna/menyeluruh) hingga gak pantes banget dijadikan panutan oleh kedua putri saya, kok bisa berangkat? sementara teman2 yang jauh lebih alim atau jauh2 lebih mampu secara materi dari saya, belum berangkat.

Kemudian tanya saya tersebut terjawab dengan sendirinya. Sesungguhnya Allah telah memanggil semua umatNya untuk datang berkunjung ke rumahNya. Namun orang2 terpilihlah yang akhirnya bisa memenuhi panggilan tersebut. Buktinya, banyak sekali orang yang ingin pergi berhaji/umroh, tapi tidak mampu pergi. Sebaliknya, banyak sekali orang yang mampu namun tidak ingin pergi.

Ya, saya pun merasa menjadi salah satu dari orang2 pilihan Allah. Gimana gak, keluarga kecil saya hanyalah keluarga sederhana dengan penghasilan pas2an saban bulan. Yang bahkan jika saya hitung antara pemasukan dengan pengeluaran, selalu saja hasilnya minus. Konon lagi bisa punya tabungan hingga ratusan juta, wuih! rasanya kok mustahil. Tapi entah kenapa, dengan segala ketidakmungkinan itu, bisa2nya saya dan keluarga berada dalam pesawat yang membawa kami berumroh ke tanah haram.



Labbaikallahumma labbaik Labbaika la syarika laka labbaik...
Aku datang memenuhi panggilanMu ya, Allah... tiada sekutu bagiMu...

-----








____imigrasi bandara changi, singapura____

Dari Jakarta pesawat membawa rombongan kami, jemaah umroh dari travel x menuju Singapura. Tiba di Singapura sekitar jam sepuluh malam untuk transit. Tiga jam kemudian barulah kami terbang lagi. Saya pikir pesawat ini akan langsung membawa kami menuju Madinah, tapi ternyata tidak. Kembali kami harus transit di Colombo. Dan lima jam kemudian kembali kami terbang melanjutkan perjalanan. Lagi2, kami harus transit. Kali ini kami transit di Sarjah, salah satu kota di Uni Emirat Arab. 












Setelah menunggu lebih dari 4 jam di Sarjah, penerbangan dilanjutkan kembali. Dan kali ini benar2 kami menuju kota Madinah. Perjalanan dari Sarjah hingga tiba di bandara Prince Mohammad Bin Abdulaziz di Madinah ini makan waktu tempuh kurang lebih empat jam. Tiba di Madinah waktu sudah menjelang sore, setelah cek in hotel, kami pun harus mulai bersiap2 untuk sholat maghrib di masjid yang dibangun oleh nabi Muhammad saw. dan para sahabatnya yaitu mesjid Nabawi.





Perjalan melelahkan dari Jakarta hingga tiba di Madinah yang makan waktu sehari semalam karena harus beberapa kali transit akhirnya terbayar sudah ketika ternyata rombongan jemaah kami mendapat hotel yang letaknya gak jauh dari masjid Nabawi. Kira2 jarak dari hotel ke masjid hanya 50 meter. Duh, saya dan para jamaah lain sangat bersyukur sekali atas nikmat yang kami dapatkan ini.



____nampak masjid nabawi dibelakang kami____



____berfoto di depan hotel____


Saat pertama kali sholat maghrib dilanjutkan dengan sholat isya di pelataran mesjid, gak henti2nya saya mengagumi keindahan mesjid yang sangat megah dengan tiang2nya yang menjulang dan dibangun dengan teknologi tinggi ini. Pada awalnya masjid Nabawi ini dibangun hanya kecil saja dan terletak tak jauh dari tempat tinggal rasulullah. Ketika beliau wafat, beliau pun kemudian dimakamkan di halaman rumah beliau. Dan setelah mengalami perkembangan berulang kali, akhirnya makam dan rumah rasulullah masuk ke dalam bagian masjid Nabawi.









Sambil memandangi keindahan arsitektur mesjid, mendadak tenggorokan saya tercekat. Tiba2 rasanya pengen banget nangis. Lalu dalam hati saya bergumam sendiri, "ya Allah, akhirnya bisa juga saya sampai disini...". Tak henti2 saya mengagumi keindahan mesjid Nabawi ini. Dan rasanya saya benar jatuh cinta pada mesjid yang didirikan pada tahun pertama hijrah (622 M). Banyak keistimewaan mesjid ini. Dari mulai kubahnya yang bisa terbuka secara otomatis dan setiap kubah terbuat dari bahan yang tahan panas, dinding2nya juga berlapis batu2 mulia, terdapat 6.800 tempat wudhu dan 25.000 kamar mandi yang terletak di basement mesjid hingga payung2 di pelataran mesjid yang akan terbuka saat matahari mulai bersinar hingga kemudian menutup ketika matahari mulai masuk peraduan. 







Namun ternyata mesjid ini tak hanya menyimpan keindahan seperti yang saya jabarkan di atas, pahala satu kali sholat di mesjid Nabawi ini nilainya sama dengan 1.000 kali sholat di mesjid lain, kecuali di dua mesjid yaitu mesjid Al Haram di Mekkah yang sekali sholat bernilai sama dengan 100,000 kali sholat di tempat lain dan mesjid Al Aqsa yang letaknya berdekatan dengan Tembok Ratapan di Yarusalem, yang sekali sholat disana sebanding dengan 500 kali sholat di tempat lain. Maka gak heran jika menjelang waktu2 sholat banyak orang berduyun2 untuk melaksanakan sholat di mesjid Nabawi ini. 
Ya, Allah...rasanya saya jatuh hati pada masjid Nabawi.







____suasana setelah usai sholat____


Saatnya sholat subuh pertama di hari kedua. Setengah jam sebelum adzan subuh, saya, suami dan anak2 sengaja bangun dan sudah jalan menuju mesjid. Setelah berpisah dengan suami yang harus sholat di bagian laki2, tinggallah saya, adel dan aya yang lantas memilih untuk sholat di pelataran mesjid. Udara kota Madinah pada pukul 4 subuh di musim dingin yang suhunya mencapai 19 derajat celcius itu benar2 bikin kami bertiga beku kedinginan meski kami telah memakai baju berlapis2 dan ditambah mengenakan jaket. Untunglah gak lama kemudian adzan berkumandang. Saya pun lega. Karena sejak kami tiba, adel dan aya sudah mengeluh kedinginan. Yah paling gak setengah jam ke depan pasti sholat akan segera dimulai dan kemudian kami bisa segera kembali ke hotel. Tapi hingga dua jam berlalu iqomat yang menandakan sholat akan dimulai tidak juga berkumandang. Setelah hampir menyerah dan memilih untuk kembali saja ke hotel karena Adel dan Aya benar2 gak kuat menahan dingin, tiba2 yang kami nanti2kan akhirnya berkumandang. Loh, tapi kok bukan iqomat yang mengalun, justru adzan [lagi]! Saya makin bingung. Bukannya dua jam yang lalu adzan sudah berkumandang. Saya berguman sendiri dengan kejadian yang bagi saya gak biasa ini. 


"Adzan yang pertama tadi gak ada kata2 'lebih baik sholat dari pada tidur'-nya, Bun" kata Aya yang ternyata lebih menyimak dari pada saya. Pendapat Aya tersebut kemudian di-iya-kan oleh Adel. Ah, rupanya benar! adzan yang kedua ini terdapat  kalimat ash shalaatu khoirum minannaum nya. :)) Belakangan saya tau, jika ternyata adzan pertama yang berkumandang sebelum adzan subuh itu menandakan bahwa telah masuk waktu fajar.

Oia, ada pengalaman kurang ngenakin saat kami menanti sholat subuh ini. Ada kebiasaan para jemaah yang telat datang ke mesjid atau memang sengaja datang setelah adzan berkumandang yang sangat2 mengganggu jemaah lain yaitu kebiasaan para jemaah yang datang terlambat dan sudah pasti tidak kebagian tempat di lokasi2 yang strategis kecuali di pelataran mesjid namun tetap memaksa masuk dan sholat di saf2 yang telah lebih dulu diisi oleh jemaah lain. Padahal terang2 sajadah sudah kami gelar di depan kami, tapi dengan seenak seorang ibu asal Tunisia bertubuh gebrot duduk tepat di atas sajadah yang dipakai Adel dan Aya. Sehingga Adel dan Aya sudah bisa dipastikan gak bakal bisa melakukan gerakan sholat gara2 si ibu Tunisia ini mendadak duduk di depan hidung mereka. Jangankan untuk melakukan sujud, untuk rukuk aja rasanya gak mungkin. Ngeselin banget emang! tapi jemaah yang sering melakukan hal ini biasanya didominasi oleh para jamaah dari benua Afrika. 

Melihat kondisi seperti ini, saya lebih memilih mengalah. Kami angkat sajadah dan bergegas menempati tempat disisi kiri agak ke belakang yang masih banyak terdapat tempat untuk sholat. Entah kenapa saya juga heran. Bisa2nya saya, yang biasanya langsung pasang muka parbada tiap kali emosi, yang akan langsung mencerca dengan kata2 yang paling perih dan pedas dari pada tamparan Ade Rai jika kesenggol perasaannya, dan yang seketika bawaannya pengen langsung menghunuskan pedang saat harga dirinya terhina ini, kok bisa sesabar itu. Padahal jika hal di atas saya alami di negara saya, sudah pasti saya akan langsung protes. Tapi ini gak! Subhanallah, mungkin ini jawaban do'a saya yang meminta senantiasa diberikan kesabaran selama disini hingga tidak mengurangi pahala ibadah.






____kebayangkan sejuknya :)____


____payung2 yang mulai menutup____


Menjelang sholat dzuhur, saya, Adel dan Aya, lantas bergegas kembali menuju mesjid. Lagi2 kami mengambil tempat di pelataran mesjid yang luas dan sejuk. Siang itu payung2 besar yang akan melindungi jemaah yang sholat di pelataran dari sengatan sinar matahari sudah mulai dibuka. Sinar matahari yang terasa tidak terlalu panas karena terhalang payung2 tersebut, ditambah lagi dengan lantai marmer yang terasa dingin bikin kami betah berlama2. Sebenarnya ada alasan yang bikin saya, Adel dan Aya lebih memilih sholat di pelataran ketimbang di dalam mesjid. Pertama, sholat di dalam mesjid sudah pasti menjadi dambaan semua jemaah. Nah, agar gak terjadi kejadian seperti subuh tadi, maka kami memutuskan untuk sholat di pelataran mesjid saja. Kedua, biasanya pada jemaah ibu2 yang membawa anak2 balita mereka untuk sholat, pasti lebih memilih sholat di pelataran mesjid agar tidak mengganggu kekhusu'an jemaah lain yang sholat di dalam mesjid. Dengan demikian kami merasa diuntungkan, karena sambil menanti sholat dimulai, saya, Adel dan Aya bisa memandangi dan mengagumi anak2 dari berbagai negara yang tampangnya kaya' barbie. Hehe... Dan untuk selanjutnya, kami selalu membawa berbagai macam coklat di saku yang kami beli seharga 10 real sekilo di depan hotel untuk kami bagikan pada anak2 berbie yang kebetulan sholat di dekat kami.

Pulang sholat, meski hanya menempuh perjalanan sepanjang 50 meter, tapi kulit muka ini bener2 rasanya terbakar. Muka kami bertiga langsung merah kaya kepiting rebus begitu nyampe hotel. Dan terasa perih begitu saya mencuci muka. Duh! kaya'nya kulit muka saya terbakar matahari deh. Sunblock dengan SPF tinggi yang sudah saya persiapkan dan bawa dari rumah disita pihak bandara saat melewati security check di bandara Colombo. Dan terus terang, saya belum berani kemana2 di hari kedua ini sekedar untuk mencari toko atau pun apotik untuk membeli sunblock. Mungkin nanti... Jujur, cerita2 yang saya dengar tentang banyak orang jahat terhadap perempuan di Mekkah dan Madinah ini, sedikit banyak bikin saya ngeri juga. "Perempuan jangan kemana2 sendirian kecuali sama muhrimnya!" atau "Perempuan jangan naik lift sendirian!" atau yang ini "Kalo naik taksi, usahakan laki2 dulu yang naik baru disusul perempuan. Sedangkan ketika turun, upayakan perempuan dulu baru laki2" dan banyak lagi nasehat2 yang kerap disampaikan oleh teman2 yang sudah lebih dulu kesana. Yah, mudah2an gak terjadi pada saya dan anak2. Amin.

------



Hari ketiga, hari jum'at. Tepat usai sholat subuh, saya yang masih bermukena dan menjinjing tas sajadah bersama suami menelusuri jalan2 sepanjang sisi kiri hotel. Kebeneran Adel dan Aya gak subuhan di mesjid. Saya lihat mereka kelelahan karena terus menerus bolak balik untuk  ibadah di mesjid. Jadi saya biarkan mereka sholat di hotel lalu melanjutkan tidur sampe siang. Dan ternyata kota Madinah itu nampak indah sekali terlihat saat matahari mulai terbit. Disepanjang jalan yang saya lalui ternyata banyak terdapat toko2 yang menjual berbagai macam barang. Orang dari berbagai negara ramai berbelanja. Dan saya nemuin parmasi! ah, akhirnya saya bisa beli sunblock tapi karena saya hanya membawa beberapa real, saya memutuskan untuk kembali lagi ke parmasi nanti untuk beli sunblock setelah membawa cukup uang.

Saat kembali ke hotel, ternyata gak jauh dari hotel terdapat sebuah restauran kecil yang menjual makanan dan minuman panas. Saya lihat para lelaki berkerumun tepat di depan etalase toko sambil mengacungkan uang real pada kasir dan menyebutkan pesanan mereka. Rata2 mereka membeli segelas kopi atau teh. Tapi gak sedikit juga mereka yang kemudian berlalu sambil menjinjing burger, broaster chicken atau kebab. Aroma daging yang dipanggang bikin saya menelan air liur berkali2. Tapi saya urungkan niat untuk membeli makanan, karena saya takut apa yang saya beli nantinya tidak sesuai dengan keinginan anak2. Nanti sajalah, menunggu mereka bangun dan mandi lalu balik lagi kemari, toh letak restauran gak jauh dari hotel kok. Akhirnya saya dan suami memutuskan untuk membeli beberapa botol jus peach lalu kembali ke hotel.

Adel dan Aya langsung antusias begitu saya ceritain tentang restauran penjual burger. Dan sejam lagi menjelang sholat jum'at, setelah Adel dan Aya mandi, akhirnya kami bertiga pergi menuju restauran. Sampai sana, pembeli sudah tidak terlalu banyak seperti subuh tadi. Setelah menyiapkan selebar uang 50 real, saya pun mendekat ke kasir meninggalkan Adel dan Aya di belakang saya dan mulai memesan makanan yang Adel dan Aya mau sesuai nama dan gambar yang tertera di dinding atas etalase.

"Two beef burger" kata saya.

"Nomos!" jawab kasir sambil menggeleng. Dan tanpa memberi kesempatan pada saya untuk berpikir apa arti jawaban nomos tadi, ia lantas melayani pembeli lain di belakang saya yang rata2 memesan minuman panas maupun dingin.

Saya pun mundur ke belakang. Bergabung kembali ke tempat Adel dan Aya berdiri.

"Mbak, beef burger nya abis..." ujar saya sok tau.

Meski gambar sekotak obat nyamuk bakar dengan tulisan domestos nomos **yah kesebut juga itu merk** yang sering dijual di warung2 masih memenuhi pikiran saya, tapi saya mengambil kesimpulan, barangkali kata nomos yang dikatakan kasir itu tadi mungkin maksudnya no more dalam bahasa inggris. Tapi karena disebutkan oleh lidah orang arab jadinya yang terucap nomos. Pemikiran yang cerdas, bukan? **Ah, gak sia2 dulu mama saya memberi saya susu sgm saat masih balita dulu, sehingga saya kini bisa secerdas sekarang**  

"Yaudah ganti aja, bun, sama chicken burger" kata Adel yang langsung dapat anggukan dari Aya.

Saya pun mulai antri lagi. Begitu sampai giliran saya di depan kasir, saya trus bilang,

"Two chicken burger"

Tapi lagi2 kasir itu menjawab "Nomos!" kali ini sambil menggerakan tangannya seolah bilang, gak ada!.

Karena saya berfikir jika saya mundur dari posisi saya sekarang pasti bakal langsung diisi oleh pembeli lain, akhirnya saya memutuskan langsung pesan makanan lain yang terpampang di daftar menu.

"Chicken Broaster?"

"Nomos!!"

"Kebab?" tanya saya lagi 'awas aja kalo bilang nomos lagi!!!' geram saya dalam hati.

"NOMOS!!" kesal dia rupanya ngeliat saya yang gak ngerti2.

"YAUDAH! SAYA PESEN DOMESTOS NOMOS AJA KALO GITU, DIKREMESIN YANG BANYAK DIATAS ROTI!!" saya balik badan kemudian menggandeng Adel dan Aya menjauh dari sana yang lantas digerutuin Adel dan Aya sepanjang jalan pulang ke hotel.

------





Setiba di hotel, kami langsung siap2 berangkat ke mesjid untuk sholat jum'at. Hah, kok sholat jum'at?? Memang sholat jum'at tidak dilakukan untuk perempuan di Indonesia. Tapi saya pikir, tak apalah sesekali ikut sholat jum'at, mumpung di Madinah. Di tengah perjalanan menuju mesjid, tiba2 di depan saya ada dua orang laki2 yang sedang membagi2kan sebotol air mineral yang berembun dan sebungkus roti sambil berteriak, "Fisabilillah! Fisabilillah! FISABILILLAH!!" pada orang2 ewat yang hendak berangkat ke mesjid. Wah, ada apa itu? tanya saya langsung terusik begitu melihat hal2 yang aneh seperti itu. Dan begitu langkah saya mendekat, salah seorang lelaki itu pun menyodorkan sebotol air dan roti tersebut pada saya. Karena saya terlihat ragu2 antara mau menerima dan tidak, lalu lelaki bilang,

"Hajah! Hajah!! Fisabilillah, Hajah!"

Oia, hajah (untuk perempuan) / haji (untuk laki2) merupakan panggilan orang arab bagi para jemaah haji/omroh. Dan kelak, sebutan inilah yang kemudian digunakan di tanah air sebagai sebutan bagi orang2 yang pulang berhaji dan berumroh.

Saya gak langsung terima begitu aja, saya lantas tanya pada Adel,

"Fisabilillah apaan artinya, mbak?"

"Orang yang berjuang dijalan Allah" bisik Adel. Saya pun langsung paham lantas menerima sebotol air mineral dengan sebungkus roti yang diberikan. Begitu juga Adel dan Aya.

Ternyata disini bukanlah suatu hal yang aneh jika tiap hari jum'at apalagi di bulan ramadhan, banyak orang2 kaya di Mekkah dan Madinah yang membagi2kan makanan bagi para jemaah secara gratis.

 Tiba di mesjid ternyata banyak perempuan yang juga ikut sholat jum'at. Tapi kebanyakan yang ikut sholat adalah perempuan2 berwajah Timur Tengah dan Afrika. Sedang muka2 Asia kaya saya, gak keliatan.

Selesai sholat jum'at, saya mengajak suami dan anak2 untuk mempir sebentar ke parmasi untuk membeli sunblock. Saat menuju parmasi, kami pun harus melintasi restauran yang sempat bikin saya kesel tadi. Lagi2 restauran itu penuh sesak dengan para pembeli yang berjajar mengerumuni kasir. Aroma daging bakar seperti subuh tadi kembali tercium yang menggelitik lidah. Akhirnya kali ini suami saya yang maju ikut mengantri dan beli beberapa makanan dan beberapa botol jus.

Voila! semua makanan yang saya pesan tadi tersedia semua. Belakangan baru saya ngerti... jika ternyata di waktu2 menjelang sholat, restauran ini tidak melayani penjualan makanan yang preparenya butuh waktu lama. Mereka hanya melayani penjualan minuman yang gak butuh waktu dalam mengerjakannya. Oia, semua toko2 di Mekkah dan Madinah serentak tutup begitu tiba waktu sholat. Bagi toko2 yang tidak menutup tokonya, bakal terkena sanksi oleh polisi kebajikan.

Setelah membeli sunblock di parmasi dan berhasil pulang dengan membawa bungkusan penuh makanan, kami pun kembali ke hotel dan gak sabar untuk mencicipi makanan yang tadi kami beli--


---bersambung---

4 komentar:

It's My Life mengatakan...

jangan terlalu lama nulis sambungannya yaaa...*gag sabar* heheheh

dwi mengatakan...

Permisi, boleh di share agen travelnya? kebetulan saya sedang mencari referensi agen umroh,
terimakasih

FFErlangga mengatakan...

mbak dwi, bukannya saya gak mau ngasih nama agen travelnya, cuma rasanya mbak belum baca kelanjutan cerita saya deh yang ini -> http://fauziyahfuad.blogspot.com/2013/04/kepulangan-yang-tertuda.html

dwi mengatakan...

oh iya.. hehehe... saya baca dulu lanjutan ceritanya.
terimakasih

Web Statistics