Pages

Sabtu, 23 Juli 2011

sixth sense?


Kalo kalian pikir gue pengen cerita tentang film the sixth sense yang dibintangi sama Bruce Willis, maaf........ kalian salah!




Kalo kalian pikir kali ini gue mau cerita tentang sedikit hal2 yang serem, kalian gak sepenuhnya salah....




Kalo kalian berpikir prolog ini udah mulai mengganggu, berarti gue yang salah.....





Kalo saat ini sudah terlintas dalam pikiran kalian untuk ngelempar gue pake sendal, coba pada istighfar kalian semua...!!




Kalooo............ hehehe, oke deh... langsung aja dibaca ya, gan!




Begini ceritanya,

Sejak Adel pulang ke rumah untuk liburan, gue, Adel dan Aya selalu tidur bareng satu ranjang. Hari pertama, kedua, ketiga ampe ketujuh, setiap malem kami lewati biasa aja. Maksudnya biasa disini yaitu Aya dan gue selalu tidur paling duluan lalu disusul Adel berjam2 kemudian. Mungkin karena di pondok Adel memang terbiasa tidur diatas jam 10 malem sedangkan gue dan Aya sebelum jam sembilan aja kadang udah pules.

Suatu hari Adel cerita ke gue bahwa semalam dia mendengar suara orang berkelahi di depan rumah kami. Terang aja gue gak percaya dan gak hanya gue doang yang gak percaya, Aya dan Pap juga. Lalu hari berikutnya Adel cerita lagi, kali ini dia bilang kalo dia denger suara tangis perempuan. Waktu gue tanya siapa? Adel menggeleng. Gue tanya dimana? Adel bilang arah suaranya dari depan rumah kami [lagi]. Dan seperti yang sudah2, gue juga [tetep] gak percaya begitu juga yang laen.







Beberapa hari kemudian, Adel cerita hal yang sama lagi. Kali ini Adel bilang dia mendengar suara yang serem banget. Tapi dia sendiri gak bisa menjelaskan suara apa itu. Hanya saja kesimpulannya suara yang dia denger menyeramkan. Sempet bingung juga gue, apa musti percaya sama cerita Adel atau gak, sebab gue sendiri gak pernah mendengar apa2. Lagian gak mungkinlah ada suara tangis perempuan di jalan depan rumah kami di tengah malam pula, tanpa seorang laen (kecuali Adel yaaa...) dengar. Iya kan? Apa lagi suara orang bertengkar di tengah malam? Bukannya suara itu bakal bikin warga perumahan kami yang cuma beberapa rumah itu bakal rame2 dateng? Atau paling gak sumber suara itu pasti bakal di datengin pak Sukri atau Ipung sekuriti perumahan yang jaga malam itu. Iya kan?

Tapi karena gak mau mengecilkan hati Adel, gue pun bilang ke dia bahwa jika malam2 berikutnya dia mendengar suara2 seperti sebelumnya, gue minta Adel membangunkan gue saat itu juga. Meskipun terlihat raut Adel rada kesel karena gue gak percaya sama cerita2 dia, tapi akhirnya Adel mengangguk juga. Dan Alhamdulillah setelah gue bilang begitu ke Adel, Adel pun gak pernah lagi denger suara2 aneh di malam hari. Cuma suatu siang Adel telepon gue di kantor lalu cerita bahwa saat dia lagi asik nonton tipi tiba2 chanel televisi berubah2 sendiri tanpa dia menyentuh remot sama sekali. O'oww....???

Selesai sampai situ? belum! Beberapa hari setelah kejadian2 tersebut, gue harus membawa Adel ke dokter spesialis rehabilitasi medik karena ada masalah dengan kakinya Adel. Lalu dokter menyarankan agar dilakukan rontgen untuk mengetahui kondisi tulang lutut Adel. Lalu pergilah kami ke ruang rontgen di lantai dasar. Perawat sempat memperingatkan adanya radiasi dalam ruangan selama proses rontgen. Tapi karena Adel merengek minta ditemenin akhirnya gue ikut juga masuk ke dalam.

Ruang rongent adalah ruangan berukuran 4 x 5 meter dengan cat putih. Sebuah dipan dengan alas terbuat dari kaca transparan kaya' meja tempat meletakkan mayat, terletak di tengah2 ruangan. Lalu alat rontgen melekat di bawahnya dan diatas dipan tersebut yang saling terhubungkan dengan kabel2 besar dan kecil. Ih, seram! itu kesan pertama begitu kita masuk ruangan itu. Apalagi ditambah dinginnya suhu di ruangan itu, makin menambah kesan angker ruangan tersebut.

Setelah dua kali di foto bagian lutut Adel maka kami berdua dipersilakan duduk sebentar dalam ruangan tersebut sementara si perawat pergi keluar. Entah apa maksudnya, mungkin untuk menetralisir efek radiasi. Gue dan Adel hanya bisa berpegangan dan bertatapan selama dalam ruangan itu. Sumpah! tuh ruangan bikin gue merinding banget. Belom lagi gue lihat wajah Adel gelisah selama di sana. Beberapa menit kemudian, akhirnya kami diperbolehkan keluar.

Sesaat setelah kami keluar dan menunggu hasil rontgen di ruang tunggu, Adel cerita bahwa selama di dalam ruangan tadi dia mendengar suara tangis perempuan. Jelas aja gue kaget! kan gue selalu di samping Adel selama di ruangan itu, kok bisa2nya gue gak denger. Lalu gue tanya, kenapa Adel gak bilang ke gue pada saat dia dengar suara tangis itu? Mau tau jawab Adel? "Jangan Bunda, nanti 'dia' sedih...".









Selanjutnya 'suara2' tersebut masih sering di dengar Adel, apalagi Adel harus menjalani fisioterapi setiap hari dan melakukan penyinaran seminggu tiga kali di rumah sakit tersebut. Gak cuma itu, beberapa minggu kemudian pap sakit dan musti di rawat di rumah sakit, disini pun Adel cerita tentang 'suara2' yang didengarnya saat berkesempatan jenguk papapnya. Ih, sumpah deh... cerita Adel bikin gue gak bisa tidur selama nungguin pap yang sakit. Meski lama2 gue gak kaget lagi jika tiba2 Adel berbisik dan bilang kalo dia mendengar suara tangis, suara tawa atau apapun itu, tapi tetep aja begitu Adel selesai ngomong, gue diserang merinding disko dan buru2 cabut dari situ.

Sejak kejadian ruang rontgen, lalu kejadian di Ciwidey tempo hari, kemudian kejadian2 lainnya selama di rumah sakit baik itu di ruang fisioterapi, ruang praktek dokter sampe ruang UGD, akhirnya bikin gue sadar, jangan2 Adel bisa mendengar suara2 yang gak bisa didengar oleh kuping manusia normal. Sixth sense?? I don't know...

Oia, saat ada kesempatan mengunjungi seorang teman di Soreang sebelum kami pulang ke Jakarta waktu jalan2 di Bandung tempo hari, teman tersebut bilang bahwa Adel memiliki 'cahaya' terlalu terang, hingga menarik bagi mahluk2 halus untuk mengikutinya. Terus terang, gue sendiri gak ngerti apa maksud 'cahaya' yang dikatakan mas Untung ini. Lagian, gue juga gak mau tau lah tentang hal2 yang seperti itu. Justru saat ini gue dihinggapi sedikit rasa khawatir jika kedepannya nanti Adel tiba2 dikasih kemampuan bisa melihat hal2 yang gak bisa dilihat oleh manusia normal kaya' gue ini.

Seperti kejadian yang ini nih....
Saat gue dan Adel menunggu Pap diobservasi di ruang UGD, sesaat kemudian seorang dokter masuk dan mulai memeriksa Pap. Sejurus kemudian gue lihat gelagat wajah Adel berubah seketika. Dan seperti biasa, gue langsung siapin mental dan ngambil ancang2. **kali aja gue butuh lari duluan gitu... :P** Lalu Adel merapatkan tubuhnya ke gue dan kemudian berbisik pelan, "Bun, Bun.... dokternya ganteng!!". Halaaaahh.....!! kalo buat ngeliat yang kaya' beginian sih, gak perlu pake sixth sense kali yeee... dengan jelas gue bisa liat, bahkan tanpa bantuan kacamata sekalipun... hahahaha....



Note : cerita diatas juga sekaligus menjawab mention Elisa di twitter beberapa waktu yang lalu tentang mengapa gue & anak2 batal liburan ke tempat dia.






Web Statistics