Pages

Minggu, 26 September 2010

Aliya Monologue

Hari masih pagi ketika saya membuka mata dan menyadari bahwa wajahnya hanya berjarak beberapa inci saja dari wajah saya. Semula saya mengira "Saya pasti kebanyakan minum parasetamol nih, tadi malam, sampai bisa-bisanya pandangan saya jadi besar-besar kaya gini..." begitu pikir saya.



"Bun, hari ini sarapan apa? kita sarapan nasi goreng aja ya? Aya bosan roti panggang... Kalau roti panggang lagi, nggak apa-apa sih, tapi Aya nggak mau pake selai kacang ya? Aya mau pakai susu dan meises yang banyaaaaaak.... Eehhmmm, gimana kalau penkeik? Bunda sudah lama nggk bikin penkeik? Hari ini kita nggak nengok mbak Adel ya? Sebenarnya Aya kangen banget sama mbak..., tapi mbak nggak boleh sering-sering di tengokin ya, Bun? Bun, emang Bunda nggak pusing tidur melulu?".



Terlihat dia mulai kesal karena tak ada tanggapan. Tiba-tiba dia mengangkat salah satu kakinya dan menunjukan tulisan yang dia buat disana.


"Bun, bagus nggak? Aya baru buat tadi, artinya jahat..."


Dia turunkan kakinya. Diraihnya kamera di rak samping tempat tidur. Dua kali dia ambil gambar dirinya sendiri.



lalu dibidiknya saya.

"Senyum, Bun..."


"Good morning, Aya..."


"Good morning, Bunda..."
Web Statistics