Pages

Selasa, 19 April 2011

'?' (tanda tanya) menurut gue

Masih malam minggu kemaren. Setelah ngabisin duit cuma buat dapet sebuah mug doang, akhirnya kami memutuskan untuk nonton di XXI. Udah lama kaya'nya gue gak nonton pelem di bioskop, biasanya sebulan sekali pastilah ada satu dua pelem yang gue tonton. Awalnya pengen nonton Adele Blanc sec, tapi Adel protes, dia gak suka judulnya. Hihihi... lucu juga. Akhirnya kami putuskan untuk nonton pelem indonesia yang judulnya ? (tanda tanya).

Sempet ragu juga pada awalnya waktu memutuskan untuk menonton pelem ini apalagi denger2 pelem ini banyak dikecam oleh banyak kalangan tapi dari pada kami nonton kuntilanak kesurupan akhirnya kami beli juga tiket untuk pelem ? (tanda tanya) ini.




Gue ceritain dikit yah, jalan ceritanya....


Pelem ini bercerita tentang konflik masing2 tokoh dalam satu kampung yang penuh dengan perbedaan pandangan, suku, agama dan status sosial.


  • Tan Kat Sun adalah seorang budha yang taat pemiliki rumah makan masakan cina yang tidak halal yang juga menyediakan makanan halal dengan memisahkan seluruh alat masak untuk kedua makanan tersebut. Tan Kat Sun sangat berharap anak lelaki satu2nya Hendra bisa meneruskan usaha rumah makannya tersebut.

  • Sedangkan Rika adalah seorang janda beranak satu yang harus dikucilkan keluarganya karena pindah agama. Karena Rika tergolong baru pindah keyakinan, gak heran di suatu waktu ketika pendeta menanyakan apa arti Tuhan menurutnya dijawab oleh Rika bahwa Tuhan itu adalah Ar Rahman, Ar Rahim, Al Malik, Al Kudus yang langsung mendapat pandangan aneh dari para jemaah yang lain.

  • Menuk, seorang wanita berjilbab yang bekerja di rumah makan milik Tan Kat Sun. Menuk adalah seorang istri dari Soleh dan mempunyai seorang anak. Setelah dirunut ke belakang ternyata Menuk dan Hendra pernah menjalin kasih sebelum akhirnya Menuk menikahi Soleh. Jadi gak heran jika ada kesempatan Soleh dan Hendra bertemu, mereka selalu saling bermusuhan.

  • Lalu ada Surya, yang bekerja sebagai aktor figuran tak tetap yang akhirnya harus angkat kaki dari kamar kosnya karena menunggak empat bulan pembayaran. Dipertengahan cerita Surya dihadapkan dengan dilema karena Rika menawarkan sebuah pekerjaan untuknya dengan bayaran tinggi sebagai aktor utama untuk sebuah pementasan drama gereja pada perayaan jumat agung, yaitu sebagai Yesus.

Jika dilihat dari masing2 tokoh yang diperankan memang pelem ? (tanda tanya) ini menyentuh isu yang sensitif banget yaitu mengangkat tema perbedaan keyakinan, tapi konon ceritanya pelem ini diangkat dari kisah nyata yang terjadi di Mojokerto Jawa Timur.






Pada akhirnya pelem inipun ditutup dengan indah, yaitu ketika sebuah kesadaran dalam menemukan kesamaan pandangan menuju hidup yang lebih baik dan menghilangkan konflik yang terjadi di perkampungan tersebut. Mungkin cara pandang seperti inilah yang membuat pelem ini dikecam. Cara pandang yang dianggap bukan cara pandang seorang muslim tetapi cara pandang seorang yang netral agama.


Gue gak bermaksud pro kesalah satu pendapat di atas, cumaaaa nih... kalo gue boleh berpendapat, menurut gue pribadi pelemnya bagus, mengangkat sebuah potret kehidupan keseharian kita. Kalo bisa jangan sampe memfatwa haramkan pelem ini. Toh sekarang para penonton sudah pinter2 kok, sudah bisa membedakan mana yang bener dan mana yang salah. Gue yakin mereka bisa memilih bagian mana yang baik untuk diambil dan bagian mana yang yang gak sesuai dengan keyakinan mereka.



Satu hal yang bikin gue bahagia ketika pelem ini usai yaitu ketika pelem ditutup dengan credit title para pemainnya dan kru lalu lampu menyala, seketika bisa gue lihat bahwa kursi para penonton gak di penuhi oleh mayoritas wanita berjilbab sebagaimana saat nonton pelem2 karya Kang Abik. Tapi kita bisa melihat penonton2 yang berwajah oriental dan gak hanya para muslim aja yang menikmati pelem ini.



Oia, sekali lagi ini hanya berdasarkan pengetahuan yang masih sangat cetek dari penulis semata
kalo ada salah, mohon dimaafkan yaaaa....





**Jagi inget sama postingan yang berjudul "meski kita berbeda"
Web Statistics